Thursday, July 22, 2010

Short Message Service Send ! (SMS dikirim !)

Short Message Service Send !

(SMS dikirim !)

Handphoneku bergetar. Ternyata ada pesan yang masuk dari Ilham.

Tasya, kamu jatoh dari motor ya ? Aku baru tau hehe J Cepet sembuh yaa..” Aku tersenyum membaca pesan darinya. Tetapi terbesit dipikiranku ‘Kenapa dia gak nanya di sekolah aja ya ? Kenapa harus di sms ?’.

*****

Saat liburan sekolah, aku belajar mengendarai sepeda motor. Tidak terpikirkan sebelumnya kalau saat itu aku akan jatuh kecelakaan motor. Tangan dan kakiku terluka. Cukup parah. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu. Anehnya aku bisa berdiri dan membawa motorku sendiri sampai ke rumah dengan keadaan berdarah di sekujur lengan dan lutut. Ibuku tercengang melihat keadaanku dan langsung membawa aku ke dokter terdekat. Perban putih membalut lengan dan lututku.

Sudah dua hari setelah liburan, aku absen sekolah. Setiap hari aku menangis, memikirkan bagaimana caranya aku bisa pergi ke sekolah dengan keadaan seperti ini. Untuk berjalan pun, aku kesulitan. Untuk menggerakkan tanganku pun, aku kesulitan. Saat airmata membasahi kedua sisi pipiku, handphone-ku bergetar. Pesan dari sahabatku Ola.

Tasya, apa kabar ? Katanya kamu jatoh dari motor ya ? Sekarang aku, Dita, Richa, Meisya dan Gabby ada di depan rumah kamu J

Ibuku menyuruh teman-temanku untuk langsung menemuiku di kamar. Aku bercerita panjang lebar kepada teman-temanku sambil menitikkan airmata. Meisya menghiburku dengan mengalihkan pembicaraan. Ia menceritakan segala apa yang tidak aku ketahui saat aku tidak bersekolah selama dua hari. Kadang-kadang aku bersyukur karena telah mempunyai sahabat seperti mereka. Mereka yang bisa membuatku tersenyum walaupun dalam keadaan seperti ini.

*****

Setelah tujuh hari absen, aku mulai bisa berjalan dan dapat bersekolah lagi seperti biasanya. Agil, sepupu lelakiku selalu mengantar dan menjemputku dari sekolah.

Terpapah, aku berjalan menuju kelasku di lantai dua. Semua orang menatapku dengan aneh. Mungkin karena lengan dan kakiku masih berbalut perban.. Sesampai di kelas, teman-teman menghampiriku dan banyak bertanya apa yang terjadi padaku. Hanya satu orang yang tidak begitu, yaitu Ilham.

Ilham adalah teman sekelasku di sekolah. Aku sedikit merasa ada yang berbeda dari Ilham, dia berbeda dari teman lelakiku yang lainnya. Mungkin karena hampir setiap hari aku sms-an dengannya. Aku memang tipe orang yang sangat cepat untuk menyukai seseorang dan salah satu orang itu adalah Ilham. Ini memang bisa dikatakan hal yang sangat aneh. Setiap hari aku dan Ilham berbalasan pesan lewat handphone tetapi saat tatap muka langsung jarang sekali kami berbincang, kami hanya bertegur sapa dengan kata ‘Hai’ atau hanya dengan senyuman kecil.

*****

Tepat satu tahun ke depan aku akan terlepas dari seragam sekolah. Aku semakin merasa hubunganku lebih dekat lagi dengan Ilham. Ilham pergi untuk bertanding Softball se-Jawa Barat mewakili sekolah. Seperti biasa, ia memberitahuku lewat pesan handphone. Sepertinya apabila handphone itu tidak diciptakan, kami tidak akan dapat berkomunikasi bahkan tidak akan mengenal satu sama lain.

Saat ia pergi, kami lebih sering lagi berbalasan pesan, sampai akhirnya ia bertanya siapa orang yang aku sukai di sekolah. Aku tertegun dan sejenak tidak membalas pesannya.

Eh Tasya, kamu punya kecengan gak di sekolah ? Siapa ? Siapa ?

Yaa ada sih. Kamu ada ? Siapa ?

Kamu dulu dong.. Nanti aku juga kasi tau siapa kecengan aku.”

Gak mau ah ! Kamu dulu ajaaa..”

Ehmm, yaudah. Pokoknya aku udah 2x bilang suka sama orang itu. Kita udah deket sih. Malah kita pernah jalan bareng. Cuma belum sempet nyatain aja hehe”, balasan dari Ilham yang membuatku terdiam dan tidak ada semangat sedikitpun untuk membalas pesannya. Aku berbicara pada diriku sendiri ‘Tasyaa, kamu bodoh banget sih. Makanya jangan ke-GR-an dulu. Ilham gak suka sama kamu. Dia suka sama orang lain’. Aku menangis di dalam hati dan melempar badanku tengkurap di atas kasur. Sesaat kemudian, “Ddddrrrttt !handphone-ku bergetar.

Tasyaa, kenapa gak dibales ? Kamu belum bilang siapa kecengan kamu ihh..

Tanpa pikir panjang dan perasaan kesal, aku berkata jujur dan membalas pesan Ilham “Kamu.

*****

Sudah seminggu, aku tidak berbalasan sms dengan Ilham. Aku pergi sekolah dengan muka yang muram. Aku masuk kelas dan menghampiri Ola di tempat dudukku. Aku tidak bertegur sapa dengan Ola, Meisya, Richa, Dita, maupun Gabby. Aku hanya memberi senyuman kepada mereka. Aku diam melihat ke sisi pintu kelas dan saat itu aku kaget. Ilham sudah kembali sekolah. Dia melihat ke arahku, tapi aku palingkan wajahku ke sisi lain. Aku malu saat teringat sms terakhir yang aku kirimkan pada Ilham.

“Tasya, ntar kamu disuruh jangan pulang dulu sama si Ilham. Katanya dia mau ngomong sama kamu.”, Meisya berbicara dengan gaya bicaranya. Aku merasa dag dig dug dalam hati. ‘Jangan-jangan Ilham marah sama aku. Aduuuuuhhh’.

Setelah bel tanda selesai pelajaran berbunyi, semua orang di kelas berhamburan keluar kelas. Aku memegang erat tangan Meisya dan sedikit memohon padanya “Mei, please kamu jangan pulang dulu. Temenin aku ngomong sama Ilham yaaa. Please !”

Ilham berjalan menghampiriku. Dia langsung melontarkan pertanyaan yang sudah aku perkirakan, “Tasya, kamu kemaren gak salah kirim sms kan ? ”

“Ehmm, yang mana yaa ? Aku lupa”, aku tersenyum miris.

“Itu, yang cuma bales satu kata ‘Kamu’.”

“Oh, he eh”, kataku, “Maaf ya, Ham !”

“Oh gak apa-apa sih kalau bener. Ehmm, Aku juga baru nyadar kalau aku juga suka sama kamu”, Ilham tersenyum padaku. Perasaan kaget dan senang tercampur dalam hatiku. Aku memegang erat tangan Meisya. Lebih erat lagi dari sebelumnya.

“Ehm.. Tasya, Kamu mau gak jadi pacar aku ?”. Kata-kata terakhir Ilham itu membuatku gugup. Sangat gugup. Dan tanpa pikir panjang dan tanpa mengulur waktu, aku menjawab “Iya.”

**SELESAI**