Wednesday, July 6, 2011

Membuat Hati Berbunga-bunga Itu Memang Tidak Dilarang

20 Juli 2011

Aku pergi mengantar Tanteku membeli kain untuk pesta bersama Adikku Dessy. Kami, Dessy dan aku, sedikit kelelahan karena Tanteku itu tidak hentinya membandingkan beberapa kain yang akan dipilihnya. Dia bilang

“Sekalian yang bagus aja! Biar ga usah bolak balik lagi.”. Tapi mencari yang paling bagus dari beribu gulungan kain di toko kain yang kami masuki, sangat sulit sekali.

Akhirnya karena Dessy dan aku sangat bosan dan jenuh melihat Tante yang gencar mencari kain yang menurutnya perfect, kami memutuskan untuk pergi keluar toko untuk membeli minuman segar. Dessy membeli jus sirsak, sedangkan aku hanya membeli air mineral.

Saat di perjalanan kembali ke toko, kami bertemu dengan seorang lelaki. Lelaki itu mengikuti kami dari belakang. Mulai dari escalator, lelaki itu menyahut tiba tiba dengan nada yang cukup terdengar sampai telingaku,

“Neng, cantik banget sih”. Sekali itu tak kudengar, adikku hanya tertawa miris sambil menyipitkan matanya padaku. Aku tersenyum kecil dan menarik lengan adikku,

“Ayok! Cepetan!”.

Setelah kami sampai toko kain tadi tempat Tanteku memilih kain, lelaki itu ternyata masih ada di belakangku. Aku takut kalau dia itu adalah penghipnotis. Aku berjalan mendekati abang pemilik toko kain itu. Aku berdiri di belakangnya berusaha menghilangkan jejak. Ternyata lelaki itu masih saja dapat melihatku. Adikku dan Tanteku tak menyadarinya. Tiba tiba dia berdiri di depanku mengagetkan

“Neng, cantik banget sih? Saya sampai terharu loh liatnya.”.

Apa maksudnya? Aku sedikit aneh dan merasa kalau orang itu sangat tidak sopan.

“Apaan sih?”, kataku ketus. Akhirnya orang itu pergi meninggalkan toko. Adikku melihat kearahku dan tak kuasa menahan tawa yang ada dikerongkongannya,

“Hahaha, parah banget bikin orang terharu. Hahaha”

“Jangan gitu Tres, harusnya aminin aja. Omongan kan do’a hehe”, sambung Tanteku.

“Tapi kan itu gak sopan”, balasku murung.

22 Juni 2011

Tanteku memintaku untuk mengantarnya ke toko kain yang kemarin dia membeli kain. Kali ini dia mau memintaku mengantanrnya membeli kain untuk dijadikan kerudung, kain yang berwarna sama dengan kain yang dia beli kemarin. Tak ada yang harus kulakukan hari itu, aku memutuskan untuk mengiyakan permintaannya. Kali ini aku tak bersama adikku karena dia harus mengambil hasil nilai UASnya di sekolah.

Sampai di toko itu, aku takut dan khawatir akan bertemu dengan orang yang menurutku aneh kemarin. Aku tak berkeinginan untuk keluar toko kain.

Setelah beberapa lama, akhirnya kami bergegas pulang. Tak ada orang aneh lagi ternyata. Di tengah perjalanan, saat turun dari escalator, Tanteku menunjuk ke sebuah toko baju muslim. ‘Tak bisakah kita langsung pulang? ’, gertak hatiku.

Kami memasuki toko baju muslim tersebut.

“Bagus ya ini? ”

“Bagus sih, tapi kainnya biasa ini. Ceruty kan ya?”, kataku sok tahu karena ingin bergegas pulang meninggalkan toko ini.

“Tapi modelnya bagus. Jarang dimana-mana”, sahut Tanteku.

“Iya, kami memang di butik kami tidak ada model yang dicontoh toko lain”, sambung pembantu di toko itu.

Tiba-tiba ada seorang lelaki dari belakangku. “Bu, anaknya mirip Ashanty ya?”, kata lelaki itu mengagetkanku. Dalam hatiku, ‘Amin banget deh dibilang mirip Ashanty.’ Tetapi diwajahku tak ada mimic yang mengatakan bahwa aku senang. Aku tak mendengarkan perkataan orang itu. Beberapa waktu, dia berlaku tidak wajar lagi (menurutku).

Jepret! Jepret!, ‘Loh ngapain dia foto-foto aku? Jelas bangetlah handphone-nya itu memakai blitz!’, aku sedikit terganggu. Tidak, tidak sedikit, banyak. Aku sedikit merengek pada Tanteku,

“Ayok ah pulang!”

“Apa sih Ashanty?”, ejekan Tanteku yang sangat menjengkelkan hati.

Akhirnya langkah kakinya member tahu kalau dia memutuskan untuk meninggalkan toko itu. Di perjalanan dia mengejekku lagi’

“Cie, dipanggil Ashanty, seneng banget ya? Kok gak di aminin lagi?”

“Amin amin. Itu bukan aku yang mirip Ashanty kali, bajuku yang mirip Ashanty.”, kataku mengalihkan pembicaraan.

Dua kali aku ke toko yang sama, dan mendapatkan entah namanya pujian atau olok-olokan saja, yang menurutku hampir mirip. Tapi setelah dipikir-pikir, tak ada salahnya juga orang-orang itu berbuat seperti itu, toh sedikitnya mereka membuat hatiku berbunga HAHAHA J

No comments:

Post a Comment