Wednesday, July 6, 2011

Salah Rasa

Sudut pandang orang pertama dalam cerita

“Des, serius kamu gak tau?”, nada Tiara semakin tinggi meyakinkan dirinya sendiri.

“Emang aku gak tau. Makanya kasihtau aku dong biar aku gak penasaran lagi”, sahutku dengan nada tenang meminta Tiara memberitahu hal itu.

“Itu loh, Raka putus sama ceweknya.”

“Are you serious? Wow.”, aku terkaget dari ketenanganku. Bibirku tergerak untuk tersenyum kecil menampakkan rasa senang.

“Kaget banget ya?”

“Gak juga kok haha”, semoga Tiara tidak tahu kalau aku sedang tertawa bahagia dalam hati mendengar berita Raka putus dengan kekasihnya itu. Kusembunyikan rasa senang ini. Aku memiliki gengsi yang sangat tinggi memang.

*****

Kubuka pintu rumahku pelan, aku tak ingin Ibu dan Ayahku terbangun karena kepulangan anak perempuan semata-wayangnya ini di malam hari. Kulangkahi lantai dibawah kakiku menuju kamar tidurku. Terpikir lagi olehku ‘Raka putus sama ceweknya’. Ya Tuhan, apakah ini pertanda dari doaku? Senyum tersungging di bibirku.

*****

Hari ini acara Pagelaran Seni Universitas digelar. Hatiku dag dig dug karena kupikir aku akan bertemu Raka di acara ini. Aku berpartisipasi di acara ini sebagai staf Konsumsi sedangkan Raka sebagai kepala divisi Keamanan. Mungkin begitu dekat.

“Hai Desty!”, suara itu. Siapa? Aku menoleh ke belakangku.

“Oh, hai. Raka! Dateng dari tadi?”, pantas saja suara itu tak asing bagi telingaku itu. Suara Raka yang dahulu sering kudengar begitu dekat. Aku dan Raka dahulu pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi entah mengapa, kami memutuskannya. Raka pernah memintaku untuk menjadi kekasihnya lagi, tapi aku menolaknya. Mungkin dia tidak mendekatiku lagi karena dia merasa tersingkirkan oleh perkataanku yang menolaknya dengan tegas dan menyakitkan hati itu. Padahal pada kenyataannya, hatiku tak bisa melupakan Raka dan kebaikannya. Ini hanya masalah restu Ayahku. Ayah memang tak suka aku berpacaran sebelum cita-citaku tercapai. Ayah pernah menyarankan ‘Kalau kamu mau berpacaran, silakan tinggalkan kuliahmu. Kalau kau mau kuliah dengan baik, belajarlah dan jangan berpacaran. Setidaknya waktumu akan terbagi’. Tetapi apa yang kurasakan sekarang, waktuku lebih tersita untuk memikirkan Raka saat dia sudah tak kumiliki lagi. Aku takut dia bersama seorang lain disana. Aku takut dia ada yang memiliki. Aku tak bisa memintanya untuk menungguku sampai tali togaku berpindah ke sebelah kanan.

“Desty, minumnya kok bukan Aqua?”, suara Raka kali ini benar-benar mengagetkanku. Aku tak sadar dia telah mengangkat kardus yang penuh dengan botol minum itu. Sampai dia membuka kardus itu dan mengambil satu botol air mineralnya pun aku tak sadar. Aku terbayang masa-masa kita dulu, Raka.

“Kita kan lagi kekurangan dana, wajarlah beli air yang paling murah.”, kataku sangat datar demi menutupi senang yang sedang aku rasakan. “Ok, aku ke ruang panitia dulu ya. Thanks udah bantu.”

Di ruang panitia aku duduk di tumpukan tas yang lumayan empuk untuk dijadikan tempat bersandar. Teringat hal yang baru saja kulakukan, aku merasa menyesal. Aku ini bodoh atau apa? Aku ini tak ada keberanian sedikit pun untuk bicara lebih lama dengan Raka. Mungkin dari suasana tadi, Raka bisa mulai menyukaiku lagi. Tak pedulilah nasihat dari Ayahku itu. Raka, aku masih sayang kamu.

*****

Acara Pagelaran Seni akhirnya selesai juga. Dini hari. Aku berpikir Raka akan menawarkan tumpangan padaku untuk mengantarku pulang. Aku menunggu Raka memanggil namaku. Sesekali kutengok ke samping kanan, untuk memastikan dia masih ada di tempat ini.

“Desty!”

“Ya?”, kepalaku langsung menoleh semangat. “Ehm, apa La?”, ternyata Lala.

“Pulang bareng aku ya, aku udah telfon taksi kok.”

“Oh, ok deh.”, Raka tidak menawarkan tumpangan padaku, memanggilku saja tidak. Apa yang aku pikirkan? Sudahlah.

*****

Aku tak tenang. Perasaanku sangat gelisah. Malam ini aku tak bisa tidur. Mataku tak lelah sedikitpun. Daripada tak ada yang kukerjakan, lebih baik kubuka twitter dan facebook-ku. Tak ada teman dekatku yang on line di twitter. Aku hanya me-retweet kutipan-kutipan yang menurutku bagus dan sesuai dengan hatiku pada malam ini. Merasa bosan kupindahkan kursor ke Facebook Page. Kulihat notification yang tidak terlalu banyak di Home-ku.

Loh, apa ini? Please ya Tuhan. Aku gak salah baca kan? Aku menangis sejadi-jadinya. Tak kuasa kulihat apa yang baru saja ku baca. “Raka Rahadian being in relationship with Rizki Rahmaputri”. Mengapa? Mengapa harus selalu begini? Aku selalu salah dalam melakukan sesuatu. Lebih baik aku tak tahu kalau Raka telah putus dari Rizki. Lebih baik aku tak menanyakan pada Tiara apa yang akan dia katakanya. Lebih baik aku tak tahu semuanya tentang Raka. Lebih baik aku berpikir kalau Raka akan mengantarkanku pulang. Lebih baik aku tak berpikir sebegitu jauh kalau Raka akan memiliki perasaan yang sama terhadapku. Raka akan mencintaiku seperti aku mencintainya. Lebih baik aku mendengarkan nasihat Ayah ‘Kalau kamu mau berpacaran, silakan tinggalkan kuliahmu. Kalau kau mau kuliah dengan baik, belajarlah dan jangan berpacaran. Setidaknya waktumu akan terbagi’. Dan tak seharusnya sampai sekarang aku masih mengharapkan Raka.

Aku tutup semua social network page -ku. Ku putar lagu If This Was A Movie dari Taylor Swift.

Last night I heard my own heart beating

Sounded like footstep on my stairs

Six months gone and I’m still reaching

Even though I know you’re not there

I was playing back a thousand memories, baby

Thinking everything we’ve been trough

Maybe I’ve been going back too much lately

When time stood still, and I had you

. . . . .

Now I’m pacing down the hall, chasing down your street

Flashback to the night when you said to me

Nothing’s gunna change, not for me and you

Not before I knew how much I had to lose.

Come back, come back, come back to me like

You would, you would if this was a movie

Stand in the rain outside ‘till I came out

Come back come back, come back to me like

You could, you could, if you just said you’re sorry

I know that we could work it out somehow

But if this was a movie, you’d be here by now.

If you’re after, if you’re someone, if you’re moving on

I’ve been waiting for you since you’ve been gone

I just want it back the way it was before

I just wanna see you back in my front door.

. . . . .

I thought that you’d be here by now.

No comments:

Post a Comment